ISIM YANG DISERTAI ALIF LAM

Yang termasuk ‘alamat isim, para ulama nuhat berbeda pendapat mengeani jumlahnya, ada yang mengatakan empat sebagai mana dalam kitab Ajjurumiyah, ada yang mengatakan lima sebagaimana dalam bet al-fiyah
بالجر والتنوبن والنداء وال * ومسند للاسم تمييز حصل
1. Jar
2. Tanwin
3. Nida
4. Alif lam
5. Musnad

Jika melihat dari redaksi diatas bertarti alif lam bagian dari ‘alamat isim, yang fungsi alamt tersebut untuk membedakan diantara kalim yang tiga, yaitu isim, fi’il dan haraf. Disamping sebagai alamt isim. Alif lam masuk terhadap isim nakirah member faidah, yaitu ma’rifat seperti dari kata رجل menjadi الرجل .
Adapun yang dinamai dengan nakirah ialah Setiap lafad yang sanggup menerima ال yang berpengaruh menjadi ma’rifat seperti kata رجل menjadi الرجل atau Nakirah merupakan ‘ibarat dari lafad yang bersifat universal didalam jenis yang maujud (real), maksudnya antara lafad nakirah dan afradnya ada dalam kenyataannya seperti lafad رجل, setiap person laki-laki (yang mempunyai dzakar) yang baligh baik itu Umar, Udin, Undang, dan lain-lain masuk terhadap jenis رجل .
Atau nakirah itu berbentuk jenis yang Muqaddar (bersifat kira-kira), yakni secara ta’rifiyah lafad tersebut mempunyai Afrad, tetapi dalam kenyataannya tidak mempunyai afrad, seperti matahari, adapun definisi matahari adalah bentuk bintang siang yang keberadaannya menghilangkan adanya malam. Secara ta’rif mumkin adanya matahari yang lainnya, tetapi kenyataannya hanya mempunyai satu macam (I.H. Audlohul Masalik Hal:76).


BAB II
ALIF LAM SEBAGAI ALAT MA’RIFAT

Ulama Nuhwiyyin silang pendapat mengenai ال sebagai alat ma’rifat
1. Imam Sibawaih, yang mema’rifatkan ال, adapun hamzahnya hamzah washal atau hamzah zaidah, sebagai mana kita ketahui bahwa yang dinamai dengan hamzah washal yaitu selalu tetap dalam awal kalam dan tidak ada harkatnya tatkala didahuli oleh kalimat atau haraf lain.
2. Imam Mubarad, berpendapat yang mema’rifatkan hanya hamzahnya saja, sedangkan lamnya lam zaidah yang fungsinya untuk pembeda antara hamjah adatutta’rif dengan hamzah istifham
3. Kebanyakan Ulama Nuhat, yang mema’rifatkan cuma lamnya saja, adapun hamzah fungsinya untuk membedakan antara lam adatutta’rif dengan lam huruf jar.
4. Imam Kholil, yang mema’rifatkan ال, tetapi hamzahnya hamzah Qatha. Sedangkan yang dinamai dengan hamzah qatha ialah selau tetap harkatnya baik diawal kalimat atau didahului oleh haraf atau kalimat lain. Tetapi pembacaan disini walaupun disinyalir hamjahnya hamzah qotho tetapi dalam pembacaan harkatnya selalu di tiadakan tatkala didahului ololeh yang lain dengan alasan likatsratil isti’mal. (Audhahul Masalik Juz :1, hal :160)
Ibnu Malik, menyatakan :
ال حرف تعريف او اللام فقط * فنمط عرفت قل فيه النمط


BAB III
PEMBAGIAN ال

Didalam pembagian alif lam ulama nuhat berbeda pendapat tentang pembagian alif lam ada yang menyatakan empat sebagai mana yang ada dalam kitab Jami’uddurus karya syekh musthafa, yaitu : (1) alif lam lil’ahdi, (2) lil jinsi, (3) lizziyadah, dan (4) lilmaushulah.

Ada sebagian Ulama Nuhat yang membagi ال sebagai berikut :
1. ال Litta’rif (ashliyah), yaitu alif lam yang memberi faidah ta’rif, contoh رحل menjadi الرجل, namun ada sebagian Ulam Nuhat yang menyatakan bahwa "Dimana nakirah ma'rifatkan dengan alif lam memfaidahkan takhsish”. ال ini mempunyai tiga bagian :
a. Alif lam lilhaqiqat (liljinsi), yaitu alif lam yang masuk kepada sesuatu kalimat yang didefinisikan atau hakikat sesuatu afrad, seperti : الانسان حيوان الناطق
b. Alif lam istigraqiyah, baik istigraq jami’ul afradl jinsi yang ta’rifnya adalah sesuatu alaiflam yang mencakup seluruh afradnya, seperti contoh kalamullah ta’ala:
وخلق الانسان ضعيفا
Atau istigraq yang mencakup terhadap yang khusus seperti :
انت الرجل اي اجتمعت فيك كا صغات الرجال
c. Alif lam lil’ahdi, Alif lam yang sudah diketahui isinya, terbagi menjadi tiga :
I. Lil’ahdidzdzikri; sesuatu yang sudah diceritrakan sebelumnya baik itu jelas maupun secara kinayah. Contoh : وليس الذكر كالانثى
II. Lil’ahdilhulur; diketahui pada waktu berlangsung terjadi. Contoh :
اليوم اكملت لكم دينكم
III. Lil’ahiddihni; Sesuatu tersebut sudah diketahui dalam hati mukhatab. Contoh: اذهما في الغار (Hasyiyatul Khudlari Hal:84)
2. Alif lam lizziyadah, mempunyai beberapa bagian, yaitu :
a. Lizziyadah lazimah; terdapat dalam lafad-lafad yang sama’I, sebagian alam murtajal. Contoh : اللات ;nama sebuah tapaikong.
Atau alif lam yang masuk pada isim maushul seperti contoh: الذي, التي , karena alif lam disana tidak mempengaruhi alias tidak memberikan ma’rifat, sedangkan ma’rifatnya maushul dengan silahnya. (Hasyiyatul Khudlari Hal:85)
b. Lizziyadah ghair lazimah; alif lam yang masuk pada alam secara idltirar. Contoh :كبنات الاوبر
Apabila alif lam masuk pada alam manqul dengan melirik asalnya disebut alif lam lizziyadah gair lazimah lillamhissifat. Contoh : seseorang yang bernama حسن selanjutnya memakai alif lam menjadi الحسن. (Hasyiyatul Khudlari Hal:86)

BAB IV
PENUTUP

Dengan pertolongan Allah swt, dan rahmat-Nya, al-hamdulillah pembahasan yang sederhana ini dapat tersaji kehadapan saudara, dengan besar harapan semoga bisa bermanfa’at bagi kami khsusunya, dan bagi saudara sebagai pencinta ilmu nahwi.

Dalam pembahasan ini menerangkan tentang alif lam sebagai alat ma’rifat, namun disan diikhtilafkan diantara para ulama nuhat mengenai haraf yang mana yang menjadi alat ma’rafit, ada yang menyatakan lamnya faqot adapun hamzahnya sebagai pembeda anatara lam haraf jar dan lam litta’rif, ada yang menyatakan alif dengan lamnya, walaupun berbeda mengenai kedudkan hamazah, antara hamzah washal dan hamzah qhoto’ serta hal-hal yang ada sangkutannya.

Mohon maaf bila ada kesalahan dan kealfaan baik dalam penulisan ataupun dalam pembahasan, sudi kiranya mengoreksi dan berlapang dada.

Al-hamdulillahirabbil’alamiin….

ditulis oleh : Chev el-hakiem attasiki

TINJAUAN PUSTAKA

1. Abi Muhammad ‘Abdullah Jamaluddin Bin Yusuf, Imam., 2004, Audlahul Masalik, Kerajaan Saudi ‘Arabiyah;Dar-el Aththalai’.
2. Al-Khudlari, Muhammad. Syeikh., Hasyiyatul Khudlari, Surabaya;Dar-el Ihya Kutubul ‘Arabiyah.
3. Saeful Mu’Minin, Imam., 2008, Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf, Jakarta;Amjah.
4. Musthafa Al-Gulayini, Syeikh,. 2005, Jami’udDurusul’Arobiyah, Maktabah ‘Ashriyyah, Beirut, Libanon